Dunedin, Selandia Baru, Tak hanya pada orang dewasa, kurang tidur juga tidak baik bagi tubuh anak-anak. Anak-anak yang kurang tidur akan lebih mudah menjadi gemuk dibandingkan yang mendapatkan cukup tidur.
Rata-rata anak usia 3 hingga 5 tahun membutuhkan tidur selama 11 jam. Tapi jika anak kurang tidur, maka setiap jam tidur yang hilang bisa menambah berat badan anak sekitar 0,7 kg.
“Anak-anak yang kurang tidur lebih cenderung kelebihan berat badan, dengan nilai lemak tubuh yang tinggi, bahkan setelah penyesuaian untuk variabel gaya hidup,” jelas peneliti dari University of Otago di Dunedin, Selandia Baru, seperti dilansir Telegraph, Senin (8/8/2011).
Peneliti percaya, jika anak kurang tidur maka ada dua faktor yang dapat menaikkan berat badannya, yaitu lebih banyak waktu untuk ngemil dan perubahan tingkat hormon yang dipicu oleh kurang tidur.
Tidak cukup tidur mempengaruhi tingkat dua hormon, yaitu hormon leptin dan ghrelin, yang terlibat dalam mengendalikan nafsu makan. Kurang tidur menurunkan kadar leptin dan meningkatkan tingkat ghrelin.
Rendahnya tingkat leptin akan memberitahu otak untuk makan lebih banyak, sedangkan tingkat ghrelin yang tinggi juga melakukan hal yang sama.
American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan bahwa anak-anak pra-sekolah mendapatkan antara 11 dan 13 jam tidur malam, sementara anak usia sekolah harus mendapatkan 10 sampai 11 jam per malam.
Kesimpulan ini berdasarkan hasil studi yang dilakukan peneliti di University of Otago di Dunedin, Selandia Baru. Dalam studi, peneliti mempelajari 244 anak dari usia balita hingga usia diatasnya.
Peneliti memonitor pola tidur anak dengan menggunakan perangkat sabuk yang disebut akselerometer, yang berfungsi untuk mengukur gerakan. Anak-anak usia 3,4 dan 5 tahun diminta untuk memakainya selama lima hari berturut-turut.
Para orangtua juga ditanya tentang pola makan anak dan jumlah latihan olahraga yang dilakukan anak. Sementara itu, peneliti juga mengumpulkan informasi tentang etnis, pendidikan orangtua dan pendapatan.
Hasil studi ini telah dipublikasikan pada British Medical Journal online.
Dari :Merry Wahyuningsih – detikHealth
Tinggalkan Balasan