Feeds:
Pos
Komentar

Archive for November 29th, 2011

Jawablah pertanyaan anak dengan jujur, santun, an logis.

Otak atau pikiran anak dapat dibandingkan dengan pita kaset atau CD blank.. Jika tidak berhati-hati memberi rekaman suara, kaset itu akan berisi beragam suara yang tidak mengenakkan telinga dan perasaan. Ketika kaset itu sudah berisi suara-suara yang tidak berkualitas tersebut, kita teramat sulit menghapusnya. Jika toh terhapus, pita itu akan rusak. Oleh karena itu, pita kaset itu harus diisi dengan rekaman-rekaman yang baik, indah, menyejukkan, dan menyehatkan diri dan pendengarnya.

Sedemikian halnya dengan otak anak. Mereka mempunyai daya rekam yang luar biasa. Anak-anak mudah sekali meniru suara yang didengarnya. Jika sudah mampu membaca tulisan, anak akan sering bertanya tentang kosakata asing itu. Mereka selalu dipenuhi rasa ingin tahu. Dan itu perlu strategi untuk menjawabnya. Terlebih, kita menjadi orang tuanya.

Menghadapi anak yang super kritis itu, orang tua harus mempunyai strategi bijak agar anak tidak mencari jawaban secara liar. Menurutku, ada tiga strategi untuk menjawab pertanyaan anak yang super kritis itu. Ketiganya adalah menjaga kejujuran, menggunakan bahasa analogi, dan bersikap ramah. Mari kita kupas ketiganya.

Strategi 1: Menjaga Kejujuran

Ketika ditanya anak tentang suatu hal, orang tua harus bersikap jujur. Maksudnya, orang tua harus menjawab pertanyaan itu secara objektif terukur. Orang tua tidak boleh menolak pertanyaan anak. Mereka itu memerlukan jawaban segera. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh menyesatkan pikiran anak dengan jawaban yang mbulet alias bertele-tele alias berbelit-belit. Jawablah pertanyaan anak itu dengan jujur.

Strategi 2: Menggunakan Bahasa Analogi

Pikiran anak belum mampu memahami penalaran tingkat tinggi. Oleh karena itu, pikiran anak perlu dirangsang dengan penalaran analogi. Penalaran analogi adalah pola berpikir yang menggunakan objek lain sebagai pembanding untuk memudahkan pengembangan gagasan. Pernyataan awal tulisan ini dapat digunakan sebagai contohnya, yaitu penggunaan istilah kaset untuk menggantikan istilah otak atau pikiran anak

Strategi 3: Bersikap Ramah

Anak sering bertanya tanpa mempertimbangkan kesopanan atau etika. Mereka hanya berdasarkan insting atau naluri keingintahuan. Jadi, mereka tidak pernah berpikir bahwa pertanyaan itu kurang etis ditanyakan. Namun, rasa ingin tahu membangkitkan keberaniannya untuk bertanya. Maka, orang tua tidak boleh menanggapi pertanyaan itu secara emosional. Orang tua harus bersikap ramah agar anak merasa dilayani.

Read Full Post »