Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘4 Life untuk anak’ Category

Buah Hati Anda Seorang Autis?

Ketika seorang bayi lahir, adalah kebahagian tiada taranya bagi orang tua. Akan tetapi kebahagiaan ini bisa berubah menjadi kesedihan ketika belakangan diketahui mengalami autis. Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dan sebagainya.

Anak autis dapat hidup normal dan mandiri, tentunya butuh kesabaran dan ketekunan orang tua dalam menghadapi perilaku-pelaku tidak normal sang anak.

Penyebab Autis
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

Jumlah penderita autis diberbagai Negara terus meningkat, termasuk Indonesia. Menyebab dari autis sendiri belum diketahui secara pasti dan masih menjadi bahan perdebatan dikalangan para ahli.

Kebanyakan anak autis adalah laki-laki. Anak perempuan memiliki hormon estrogen yg dapat menetralisir autisme, sedangkan hormon testoteronnya pada anak laki-laki justru memperparah keadaannya.

Berikut beberapa hal yang diduga menjadi penyebab-penyakit autis:

Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia
Sebagian peneliti lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab autis yang disebabkan oleh vaksinasi anak, namun hal ini dibantah oleh ahli yang lain.
Bagaimana Mengetahui Gejala Autis Sejak Dini?
Tentunya bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk berkembang secara optimal.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala autis.

A. Metode M-Chat
Salah satunya dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers). Orang tua harus mengamati 6 pertanyaan penting berikut :

1. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?
3. Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?
4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah mainan tersebut?

Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme.

B. Melakukan Konsultasi dengan Para Ahli

Jika berdasarkan metode diatas buah hati anda menunjukkan tanda-tanda autis, segera konsultasikan dengan ahli atau dokter.

Karena karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya (sepektrum yang sangat luas) sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autis. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.

Selain itu orang tua harus peka dengan perkembangan anak sejak lahir, dan melaporkan kepada dokter untuk setiap keterlambatan dan gangguan dalam perkembangan perilakuknya.

Bagaimana Mengobati Autis?
Yang paling penting adalah bagaimana menemukan pengobatan atau terapi yang tepat untuk penderita autis.

Riset Dr. Kenneth Bock, MD (pakar autis)

Seorang pakar autis Dr. Kenneth Bock, MD., ia telah melakukan riset terhadap 9 anak-anak usia 2.9-9.9 tahun. Untuk mengevaluasi perkembangan anak-anak tersebut Dr. Bock menggunakan metode Gilliam Autism Rating. Anak-anak ini diberikan 3 kapsul transfer factor advance, 3 kali sehari selama 3 bulan dan setiap pasien sebelumnya belum pernah diterapi. Metode ini memberikan skore pada empat kriteria yaitu: stereotyped “autistic” behaviors (perilaku autif), communication (kemampuan berkomunikasi), social interaction (interaksi sosial) and developmental markers (dan pengenalan lingkungan). Masing-masing skore dari masing kriteria ini di jumlahkan ke dalam suatu autism quotient (angka autisme). Semakin tinggi autism quotient semakin tinggi pulan tingkat autisme seorang pasien

Setelah terapi selama 3 bulan, 7 dari 9 anak-anak mengalami perkembangan yang bagus. terutama perkembangan pada:

1. Menjadi lebih Atentif (perhatian) pada lingkungan
2. Peningkatan Eye Contact (kontak mata)
3. Penurunan timbulnya penyakit-penyakit
4. Peningkatan kemampuan berbahasa
5. Penyakit diare (mules) sembuh total
6. Peningkatan Keterampilan kebersihan ketika di toilet

Read Full Post »

David Markowitz, M.D “Sekarang saya telah menyelesaikan studi perbandingan terhadap anak-anak di tempat praktek kami antara yang menggunakan dan yang tidak menggunakan Transfer Factor, dalam periode yang sama. 87 anak, usia 8 bulan s/d 9 tahun, menggunakan Transfer Factor. Kami menemukan 74% anak lebih jarang sakit dan 84 % berkurang dalam penggunakan antibiotic. Dari sekitar 250 pasien anak dalam sebulan yang menggunakan 4Life Transfer Factor, hanya satu yang kembali menggunakan antibiotics dan itu pun setelah 2-1/2 bulan. Saya melihat mereka di kantor saya setiap 2 minggu untuk menggunakan 4Life Transfer Factor.

Lebih 50 tahun penelitian para ilmuwan mendukung penggunaan transfer factor pada manusia. Dengan studi medis penggunakan 4life Transfer Factor (TF) yang kian hari semakin lengkap dan banyak dilakukan di berbagai dunia. Dengan tidak adanya efek samping, suplemen imun dengan Transfer factor menghasilkan perbaikan total pada tingkat kesembuhan pasien anak di klinik kami, dengan lebih dari 600 pasien usia bayi s/d 18 tahun menunjukan 75% lebih jarang sakit dan lebih dari 80% berkurang dalam penggunaan antibiotic dibanding yang tidak menggunakan Transfer Factor. David M. Markowitz is an M.D. trained in General Pediatrics and Pediatric Cancer. He left a full-time medical practice after 29 years to share a vision of a healthier world, and to reach about the importance of a strong and healthy immune system and its impact on your community and your world

Read Full Post »