Buah Hati Anda Seorang Autis?
Ketika seorang bayi lahir, adalah kebahagian tiada taranya bagi orang tua. Akan tetapi kebahagiaan ini bisa berubah menjadi kesedihan ketika belakangan diketahui mengalami autis. Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dan sebagainya.
Anak autis dapat hidup normal dan mandiri, tentunya butuh kesabaran dan ketekunan orang tua dalam menghadapi perilaku-pelaku tidak normal sang anak.
Penyebab Autis
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.
Jumlah penderita autis diberbagai Negara terus meningkat, termasuk Indonesia. Menyebab dari autis sendiri belum diketahui secara pasti dan masih menjadi bahan perdebatan dikalangan para ahli.
Kebanyakan anak autis adalah laki-laki. Anak perempuan memiliki hormon estrogen yg dapat menetralisir autisme, sedangkan hormon testoteronnya pada anak laki-laki justru memperparah keadaannya.
Berikut beberapa hal yang diduga menjadi penyebab-penyakit autis:
Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia
Sebagian peneliti lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.
Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab autis yang disebabkan oleh vaksinasi anak, namun hal ini dibantah oleh ahli yang lain.
Bagaimana Mengetahui Gejala Autis Sejak Dini?
Tentunya bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk berkembang secara optimal.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala autis.
A. Metode M-Chat
Salah satunya dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddlers). Orang tua harus mengamati 6 pertanyaan penting berikut :
1. Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya pada sesuatu?
3. Apakah anak anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan pada orangtua?
4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat ke arah mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan mendalami bidang autisme.
B. Melakukan Konsultasi dengan Para Ahli
Jika berdasarkan metode diatas buah hati anda menunjukkan tanda-tanda autis, segera konsultasikan dengan ahli atau dokter.
Karena karakteristik dari penyandang autis ini banyak sekali ragamnya (sepektrum yang sangat luas) sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autis. Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya.
Selain itu orang tua harus peka dengan perkembangan anak sejak lahir, dan melaporkan kepada dokter untuk setiap keterlambatan dan gangguan dalam perkembangan perilakuknya.
Bagaimana Mengobati Autis?
Yang paling penting adalah bagaimana menemukan pengobatan atau terapi yang tepat untuk penderita autis.
Riset Dr. Kenneth Bock, MD (pakar autis)
Seorang pakar autis Dr. Kenneth Bock, MD., ia telah melakukan riset terhadap 9 anak-anak usia 2.9-9.9 tahun. Untuk mengevaluasi perkembangan anak-anak tersebut Dr. Bock menggunakan metode Gilliam Autism Rating. Anak-anak ini diberikan 3 kapsul transfer factor advance, 3 kali sehari selama 3 bulan dan setiap pasien sebelumnya belum pernah diterapi. Metode ini memberikan skore pada empat kriteria yaitu: stereotyped “autistic” behaviors (perilaku autif), communication (kemampuan berkomunikasi), social interaction (interaksi sosial) and developmental markers (dan pengenalan lingkungan). Masing-masing skore dari masing kriteria ini di jumlahkan ke dalam suatu autism quotient (angka autisme). Semakin tinggi autism quotient semakin tinggi pulan tingkat autisme seorang pasien
Setelah terapi selama 3 bulan, 7 dari 9 anak-anak mengalami perkembangan yang bagus. terutama perkembangan pada:
1. Menjadi lebih Atentif (perhatian) pada lingkungan
2. Peningkatan Eye Contact (kontak mata)
3. Penurunan timbulnya penyakit-penyakit
4. Peningkatan kemampuan berbahasa
5. Penyakit diare (mules) sembuh total
6. Peningkatan Keterampilan kebersihan ketika di toilet